Kamis, 16 Agustus 2012

Tips Perawatan Kulit

  • Kandungan lemon kaya akan vitamin C dapat bermanfaat untuk mencerahkan wajah anda. 

  • Biji kiwi menghasilkan minyak omega-3 yang biasa digunakan untuk kosmetik yang bermanfaat untuk kecantikan. 

  • Buah apel hijau atau merah sangat berkhasiat untuk kesehatan tubuh dan kecantikan kulit wajah. 

  • Stres dpt meningkatkan produksi hormon kortisol, yang dapat merusak kolagen, elastin dan penyebab kulit anda keriput. 

  • Minyak zaitun mengandung asam lemak esensial yg dibutuhkan kulit. Kandungannya dpt menyehatkan kulit & mengatasi masalah jerawat. 

  • Tips menghitamkan rmbut: Campurkan avokad, santan & minyak zaitun. Aduk dgn baik.Tempelkan pd rambut mulai dari akar hingga permukaan. 

  • Manfaat Masker Putih Telur untuk wajah: Menghilangkan noda hitam bekas jerawat, Melembabkan & menghaluskan kulit, & Mencerahkan wajah 

  • Campuran vitamin E dan A pd Alpukat berkhasiat dlm perawatan kulit, menghilangkan kerut, membuat kulit terlihat muda, kenyal & seger.

  •  Tips sederhana merawat kulit wajah yang sering kering : Segeralah menggunakan produk perawatan anti-aging ketika tanda penuaan mulai muncul 

  • Bersihkan wajah menggunakan air dingin, basuhlah wajah anda dengan menggunakan air dingin agar menjadi lembab. 

Ingin dapat twitt-twitt tentang perawatan kecantikan lainnya ?
follow @navycapsstud

Senin, 07 Mei 2012

Cara Membuat Pupuk Kompos / Organik


Cara Mudah Membuat Pupuk Kompos

1. Kompos Jadi Siap Pakai
Kompos alami banyak terdapat di lahan-lahan yang sebelumnya menjadi tempat pembangan sampah organik. Untuk mendapatkannya :
  1. Gali tumpukan sampah (garbage atau sampah lapuk) yang sudah seperti tanah
  2. Pisahkan dari bahan-bahan yang tidak dapat lapuk
  3. Jemur sampai kering, lalu ayak
  4. Bubuhkan 50 - 100 gram belerang untuk setiap 1 kg tanah sampah.

Bahan:
  1. 2 1 /4 hingga 4 m3 sampah lapuk (garbage)
  2. 6,5 m3 kulit buah kopi
  3. 750 kg kotoran ternak memamah biak (± 50 kaleng ukuran 20 liter)
  4. 30 kg abu dapur atau abu kayu

Cara Membuat
  1. Buatlah bak pengomposan dari bak semen. Dasar bak cekung dan melekuk di bagian tengahnya. Buat lubang pada salah satu sisi bak agar cairan yang dihasilkan dapat tertampung dan dimanfaatkan.
  2. Atau buatlah bak pengomposan dengan menggali tanah ukuran 2,5 x 1 x 1 m (panjang x lebar x tinggi). Tapi hasilnya kurang sempurna dan kompos yang dihasilkan berair dan lunak.
  3. Aduk semua bahan menjadi satu kecuali abu. Masukkan ke dalam bak pengomposan setinggi 1 meter, tanpa dipadatkan supaya mikroorganisme aerob dapat berkembang dengan baik. Kemudian taburi bagian atas tumpukan bahan tadi dengan abu.
  4. Untuk menandai apakah proses pengomposan berlangsung dengan balk, perhatikan suhu udara dalam campuran bahan. Pengomposan yang baik akan meningkatkan suhu dengan pesat selama 4 - 5 hari, lalu segera menurun lagi.
  5. Tampunglah cairan yang keluar dari bak semen. Siram ke permukaan campuran bahan untuk meningkatkan kadar nitrogen dan mempercepat proses pengomposan.
  6. 2 - 3 minggu kemudian, balik-balik bahan kompos setiap minggu. Setelah 2 -3 bulan kompos sudah cukup matang.
  7. Jemur kompos sebelum digunakan hingga kadar airnya kira-kira 50 -60 % saja.
  8. Kalau di daerah kita tidak tersedia kulit buah kopi, cara ke II dapat diadaptasi dengan menggantikan kulit buah kopi dengan hijauan seperti Iamtoro ataulainnya.


2.  Kompos Sistem Bogor
Bahan :
  1. Sampah mudah lapuk (garbage)
  2. Jerami yang sudah bercampur dengan kotoran dan air kencing ternak.
  3. Kotoran ternak memamah biak
  4. Abu dapur atau abu kayu
Cara Membuat:
  1. Timbuni campuran jerami dan sampah setinggi 25 cm di atas bedengan berukuran 2,5 x 2,5 meter.
  2. Timbun lagi campuran kotoran dan air kencing ternak di atas timbunan tadi tipis-tipis dan merata.
  3. Timbun lagi campuran jerami dan sampah-sampah setinggi 25 cm.
  4. Tutup lagi dengan campuran kotoran dan kencing ternak.
  5. Timbun bagian paling atas dengan abu sampai setebal ± 10 cm.
  6. Balik-balik campuran bahan kompos setelah berlangsung 15 hari, 30 hari dan 60 hari.
  7. Setelah di proses selama 3 bulan kompos biasanya cukup matang.
  8. Agar pengomposan berhasil, buatlah atap naungan di atas bedengan pengomposan sebab air hujan dan penyinaran langsung matahari dapat menggagalkan proses pengomposan.

3. Kompos Sistem Terowongan Udara
Membuat kompos dengan sistem terowongan udara, yaitu dengan menumpukkan daun-daun, potongan rumput dan bahan lain di atas segitiga panjang yang terbuat dari bambu atau kayu.

Bahan :
  1. Daun, rumput
  2. Sampah organik

 Cara membuat:
  1. Buat terowongan segitiga.
  2. Terowongan udara terbuat dari bambu atau kayu berukuran kira kira : tinggi 20 cm, panjang 1.5 - 2 meter. Buatlah dua buah dan letakkan berdampingan.
  3. Tumpuklah daun dan  bahan yang lain diatas satu terowongan udara & biarkan yang satunya.
  4. Tambahkan bahan & siram dengan air secara teratur setiap hari agar tumpukan tetap lembab.
  5. Setelah bagian bawah mulai menghitam (seperti tanah), baliklah tumpukan keatas terowongan udara yang satunya. Tumpuk bahan yang baru di atas terowongan yang lama.
  6. Jaga kelembaban tumpukan dengan menyiramnya secara teratur & biarkan sampai menjadi kompos (kira-kira 6 minggu atau warnanya kehitaman semua).
  7. Setelah bahannya menjadi kompos, bisa digunakan untuk kebun. Ulangi lagi proses diatas, supaya anda selalu punya kompos.
  8. Kompos yang anda buat sendiri ini bisa digunakan untuk kesuburan tanah dan kesehatan tanaman anda.



4. Kompos Rumah Tangga
Sampah organik secara alami akan mengalami peruraian oleh berbagai jenis mikroba, binatang yang hidup di tanah, enzim dan jamur. Proses penguraian ini memerlukan kondisi tertentu, yaitu suhu, udara dan kelembaban.

Makin cocok kondisinya, makin cepat pembentukan kompos, dalam 4 – 6 minggu sudah jadi. Apabila sampah organic ditimbun saja, baru berbulan-bulan kemudian menjadi kompos. Dalam proses pengomposan akan timbul panas krn aktivitas mikroba. Ini pertanda mikroba mengunyah bahan organic dan merubahnya menjadi kompos. Suhu optimal untk pengomposan dan harus dipertahankan adalah 45-65C.Jika terlalu panas harus dibolak-balik, setidak-tidaknya setiap 7 hari.



Bahan
  1. Di dalam rumah ( ruang keluarga, kamar makan ) dan di depan dapur disediakan 2 tempat sampah yang berbeda warna untuk sampah organic dan sampah non-organic.
  2. Diperlukan bak plastic atau drum bekas untuk pembuatan kompos. Di bagian dasarnya diberi beberapa lubang untuk mengeluarkan kelebihan air. Untuk menjaga kelembaban bagian atas dapat ditutup dengan karung goni atau anyaman bambu.
  3. Dasar bak pengomposan dapat tanah atau paving block, sehingga kelebihan air dapat merembes ke bawah. Bak pengomposan tidak boleh kena air hujan, harus di bawah atap.

Cara Membuat
  1. Campur 1 bagian sampah hijau dan 1 bagian sampah coklat.
  2. Tambahkan 1 bagian kompos lama atau lapisan tanah atas (top soil) dan dicampur. Tanah atau kompos ini mengandung mikroba aktif yang akan bekerja mengolah sampah menjadi kompos. Jika ada kotoran ternak ( ayam atau sapi ) dapat pula dicampurkan .
  3. Pembuatan bisa sekaligus, atau selapis demi selapis misalnya setiap 2 hari ditambah sampah baru. Setiap 7 hari diaduk.
  4. Pengomposan selesai jika campuran menjadi kehitaman, dan tidak berbau sampah. Pada minggu ke-1 dan ke-2 mikroba mulai bekerja menguraikan membuat kompos, sehingga suhu menjadi sekitar 40C. Pada minggu ke-5 dan ke-6 suhu kembali normal, kompos sudah jadi.
  5. Jika perlu diayak untuk memisahkan bagian yang kasar. Kompos yang kasar bisa dicampurkan ke dalam bak pengomposan sebagai activator.
  6. Keberhasilan pengomposan terletak pada bagaimana kita dapat mengendalikan suhu, kelembaban dan oksigen, agar mikroba dapat memperoleh lingkungan yang optimal untuk berkembang biak, ialah makanan cukup (bahan organic), kelembaban (30-50%) dan udara segar (oksigen) untuk dapat bernapas.
  7. Sampah organic sebaiknya dicacah menjadi potongan kecil. Untuk mempercepat pengomposan, dapat ditambahkan bio-activator berupa larutan effective microorganism (EM) yang dapat dibeli di toko pertanian.
*dari berbagai sumber

Pendaftaran SNMPTN 2012 Gunakan Sistem Online

Pendaftaran SNMPTN 2012 Gunakan Sistem Online 

 

detikNews - Yogyakarta Mulai tahun 2012 ini, sistem pendaftaran Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) jalur ujian tulis (utul) dilakukan sistem online semuanya. Panitia penerimaan sudah tidak membuka pendaftaran melalui sistem offline.

Pendaftaran SNMPTN jalur utul mulai dibuka tanggal 10-31 Mei 2012. Pendaftaran dengan sistem online ini bisa diakses dan dilakukan kapan saja sesuai jadwal dan dimanapun tempatnya.

"Panitia telah melakukan sosialisasi hingga daerah-daerah di pelosok Indonesia Timur. Kami berharap semua bisa lancar. Untuk wilayah DIY, kami jamin semua sekolah bisa melakukan secara online," kata Ketua Panitia Lokal (Panlok) 46 Yogyakarta, Prof Dr Budi Prasetyo Widyobroto kepada wartawan, Senin (7/5/2012).

Menurut Budi dibandingkan dengan tahun lalu sistem pendaftaran tahun ini juga berbeda. Pada tahun 2011 pendaftar memilih program studi saat melakukan pembayaran di bank. Pada tahun ini pendaftar memilih program studi dengan mengakses laman di http://ujian.snmptn.ac.id setelah melakukan pembayaran.

"Bagi siswa lulus tahun kemarin dan tahun sebelumnya, maupun yang lulus tahun ini jadwal pendaftaran disamaratakan," katanya.

Budi juga untuk perangkat teknologi sistem pendaftaran secara online juga tidak akan mengalami kendala karena telah dilakukan upgrading. Namun dia mengharapkan agar siswa mendaftarkan diri jauh hari sebelum batas waktu yang ditentukan.

"Setelah membayar baru dikasih Kode Akses Pendaftaran (KAP) dan PIN untuk memilih program studi yang dipilih dan tempat tes," kata Budi.

Pada tahun lalu kata Budi, peserta menunggu untuk mendaftar hingga pengumuman kelulusan. Kalau pengumuman kelulusan tahun ini tanggal 26 Mei, sangat mungkin setelah itu peserta baru mendaftar.

"Kami perkirakan setelah itu baru mendaftar. Pengalaman tahun lalu lima hari sebelum pendaftaran ditutup, setiap hari bisa mencapai 80 ribu pendaftar," ungkap Budi di sekretariat Panlok 46 di Gedung Layanan Administrasi Akademik UGM di Bulaksumur, Yogyakarta.

Oleh karena itu, dia meminta peserta mendaftar jauh-jauh hari sebelumnya agar aman. Untuk IPA dan IPS pendaftaran sebesar Rp 150 ribu, sedangkan IPC Rp 170 ribu.

"Kalau nanti ada peserta yang telah diterima melalui jalur undangan yang akan diumumkan tanggal 28 mei 2012. Uang pendaftaran tidak bisa diminta kembali," kata Budi didampingi Prof Dr Nurfina Aznam dari UNY.

Budi mengatakan bagi yang sudah terlanjur mendaftar SNPTN jalur undangan dan tengah menunggu hasil pengumuman pada tanggal 28 Mei nanti, tidak salahnya memanfaatkan pendaftaran tersebut.

Rencananya, ujian tulis SNMPTN akan dilaksanakan serentak pada 12-13 Juni dengan soal yang sama di seluruh Indonesia. Sedangkan ujian keterampilan diselenggarakan pada 14-15 Juni di PTN yang memiliki program studi yang dipilih.

"DI Yogyakarta ujian keterampilan diselenggrakan di UNY sesuai prodi yang ada," katanya.

Proses pendaftaran SNMPTN hampir sama dengan tahun sebelumnya, namun yang sedikit membedakan untuk tahun ini siswa cukup datang ke bank, membayar uang pendaftaran untuk mendapatkan kartu akses pendaftaran (KAP) dan PIN agar bisa mengakses proses pendaftaran di laman SNMPTN.

Untuk mengantisipasi adanya joki lewat pendaftaran online, Budi mengatakan panitia pengawas akan berupaya maksimal dengan melakukan proses verifikasi satu jam sebelum pelaksanaan ujian.

"Khusus untuk tahun ini, UGM menerima kuota 3.442 calon mahasiswa baru lewat jalur SNMPTN ujian tulis," tutup Budi.

Senin, 30 April 2012

Kata Serapan/Unsur Serapan


Kata Serapan/Unsur Serapan

Penyerapan

Di dalam sejarah perkembangan bahasa Melayu/Indonesia proses penyerapan ini sudah lama berjalan. Tidaklah mengherankan jika bahasa serumpun, yang jumlah penuturnya tergolong besar, merupakan sumber yang kaya. Karena di dalam masyarakat multilingual kedwibahasawan bukan sesuatu yang langka, unsur serapan itu dapat berasal dari penutur asli bahasa yang serumpun sehingga terjadi penambahan yang spontan. Atau orang yang bukan penutur asli bahasa serumpun yang terkemuka, seperti bahasa Jawa dan Sunda, menyerap juga dari bahasa yang bersangkutan itu dengan pertimbangan bahwa unsur serapan itu akan segera dipahami oleh kalangan masyarakat yang luas. Berikut ini sekadar beberapa contoh: tanpa(Jw), godok (Jw, Sd), karsa (Jw), gembleng (Jw), sarjana (Jw), wejangan (Jw), kolot (Sd), nyeri (Sd).
Sikap penutur bahasa Indonesia terhadap bahasa asing sebagai sumber serapan berbeda dengan sikapnya terhadap bahasa serumpun yang juga merupakan sumber serapan. Unsur serapan yang berasal dari bahasa Jawa, misalnya, tidak dimasukkan ke dalam kategori yang asing walaupun kedua bahasa itu dari jurusan linguistik digolongkan jadi dua sistem yang otonom. Karena itu, penyerapan unsur dari bahasa asing pun berbeda di dalam proses dan penempatannya di dalam sistem bahasa Indonesia.
Ditinjau dari taraf penyerapannya ke dalam tubuh bahasa Indonesia, bentuk serapan itu ada yang jadi unsur kosakata asing yang terdapat di dalam kosakata umum, dan ada yang dimasukkan langsung sebagai unsur baru kosakata umum. Golongan yang pertama meliputi bentuk yang melambangkan barang atau paham yang sangat baru bagi masyarakat bahasa penyerap atau yang medan maknanya sangat khusus di dalam bahasa sumber itu sendiri. Termasuk di dalam kategori itu, misalnya turn key project, bowling, esprit de corps, Erklarung, Renaissance, Sturm und Drang, Atlantic Charter, l’art pour l’art, dan Svaraj.
Unsur serapan itu digunakan di dalam konteks kalimat Indonesia dalam bentuknya yang asli, baik ejaannya maupun lafalnya. Agaknya sejumlah kata dan ungkapan yang berasal dari bahasa dengan tujuan khusus, misalnya, bahasa Arab dan Latin, yang bertalian dengan akidah atau ibadat keagamaan, harus dimasukkan ke dalam bilangan kelompok itu. Penempatannya di dalam kosakata asing bahasa Indonesia mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh perbedaan pendapat tentang kedudukannya di dalam kosakata. Tidak perlu diperbalahkan apakah tut wuri handayani dan salam alaikum masuk kosakata Indonesia atau tidak. Secara prinsip dapat dikatakan bahwa setiap bahasa mengakui adanya kosakata asing di dalam korpus kosakata umumnya. Leksikon bahasa Inggris, misalnya, mengandung sejumlah unsur leksikal Prancis dan Latin yang digunakan secara umum, misalnya, vis-a-vis, in toto dan curriculum vitae. Bertambahnya jumlah leksikal di dalam kosakata asing suatu bahasa bertalian juga dengan pengembangan berbagai laras bahasa (register). Kita dapat menemukan, misalnya, butir apparatus criticus di bidang filologi dan butir juncto, bis, dan ter di bidang perundang-undangan Indonesia.
Golongan serapan berikut dapat diperinci menjadi tiga golongan:
1) Unsur serapan yang mengalami penyesuaian bentuk fonologi atau ejaannya;
2) Unsur serapan yang mengalami proses penghibridan;
3) Unsur serapan yang merupakan hasil penerjemahan.
Kelompok pertama terdiri atas subkelompok unsur yang termasuk kosakata umum dan subkelompok unsur yang tergolong istilah teknis. Pada masa lampau bentuk penyerapan disesuaikan berdasar pendengaran. Unsur serapan itu umumnya masuk ke kosakata ragam bahasa yang rendah. Itulah sebabnya terhadap contoh yang berikut setir:stuur, dongkrak:dommekracht, bengkel:winkel, pol:vol, mebel:meubel, boplo:bouwploeg, pluit:fluit, kopral:korporaal, macis:matches, obeng:openg (Amoy) (lihat Jones, (ed) 2007). Yang menarik dewasa ini masih ada orang yang lebih suka memakai bentuk katering (keterin) daripada jasaboga yang diusulkan Pusat Bahasa.
Kelompok serapan hibrida meliputi bentuk yang sebagian terdiri atas unsur yang asing dan sebagian lagi berupa unsur Indonesia, misalnya swalayan (self service), praanggapan (presupposition) dan modulasi sudut (angle modulation). Juga termasuk di dalamnya bentuk yang beralas morfem Indonesia yang mendapat afiks asing; atau sebaliknya, bentuk yang beralas morfem asing yang berafiks Indonesia, misalnya rimbawan, bapakisme, menasionalkan, pendekretan, dan dirasionalisasi.
Kelompok serapan maknawi dapat dianggap hasil proses penyerapan semantik dengan substitusi unsur bahasa penyerap, ialah unsur serapan yang lazim disebut serapan terjemah. Sekadar beberapa contoh diberikan di bawah ini sebagai gambaran. Unsur kedua di dalam tiap pasangan merujuk ke unsur asing yang menjadi model bagi serapan Indonesianya: mengambil alih/avernemen; kerjasama/samenwerking; menggarisbawahi/onderstrepen; underscore; balokkotak/boxgirde; suku cadang/spare part.
Aspek sosiolinguistik yang menarik di dalam proses penyerapan itu ialah latar pertimbangan penutur bahasa untuk menyerap unsur bahasa lain. Pertama-tama dapat dikemukakan bahwa pada hakikatnya masalah penyerapan mula-mula terbatas pada dwibahasawan yang dapat memilih dari sumber di luar bahasanya sendiri. Jika kemudian unsur serapan itu menjadi lazim, golongan penutur yang lain memasukkannya ke dalam kosakatanya masing-masing sebagai “barang jadi”. Di samping itu, dapat diajukan sekurang-kurangnya enam macam faktor dan pertimbangan yang rupanya dapat merangsang tindakan penyerapan.
Faktor dan pertimbangan itu ialah (1) prinsip kehematan; (2) kejarangan bentuk asli; (3) keperluan akan kata yang searti; (4) pembedaan arti di dalam bahasa sendiri yang kurang cermat; (5) gengsi bahasa asing; dan (6) kemampuan berbahasa penutur yang rendah.
Penyerapan kata dapat dianggap salah satu contoh usaha mencari cara yang lebih hemat. Memilih kata yang sudah siap lebih ekonomis daripada memerikan konsep dalam bahasa sendiri; apalagi jika di dalam pemerian itu diperlukan bentuk frasa, misalnya politik, ekonomi, dan demokrasi. Unsur leksikal asli yang jarang digunakan tidak termasuk kosakata produktif penutur bahasa jika ia bukan ahli bahasa. Kata dursila, misalnya, berpadanan dengan evil atau immoral. Namun, karena kata Melayu itu frekuensi pemakaiannya sangat rendah, terciptalah bentuk asusila berdasarkan analogi yang salah, yakni moral:amoral = susila:asusila dengan menyamakan arti amoral dengan immoral. Pertimbangan kelanggaman (stilistik) dapat mendorong penutur bahasa mencari sinonim demi variasi estetik di dalam ujaran dan tulisannya. Pemahaman bahasa lain memberinya peluang menyerap unsur kosakata bahasa itu, lepas dari masalah perlu tidaknya dilakukan penyerapan itu jika di dalam bahasanya sendiri terhadap sinonim yang memadai, misalnya asimilasi dan pembauran, penyerapan; kontrol dan pengawasan, pengendalian, penilikan; spesial dan khusus; fasilitas dan kemudahan.
Kadang-kadang timbul perasaan pada penutur bahasa bahwa bahasanya tidak memiliki peranti untuk membedakan dengan cermat berbagai konsep yang bertalian. Benar tidaknya anggapannya itu tidak disadarinya. Karena itu, ia merasa perlu menularkan perbedaan bentuk di dalam bahasa asing ke dalam bahasanya sendiri dengan menyerap seperangkat kata yang termasuk dalam satu paradigma, misalnyapolitik dan politisuniversitas dan universiternorma dan normatif. Kefasihan berbahasa asing, khususnya bahasa yang ditautkan dengan peradaban yang tinggi, kadang-kadang disangka penutur bahasa akan meningkatkan kedudukan sosialnya di mata orang. Karena itu, diseraplah evaluasi, bilateral, multiplikasi,dan kalibrasi walaupun ada bentuk penilaian, dwipihak, pelipatan dan kelipatan, serta peneraan.
Penutur bahasa di antara kalangan elite sosial tidak sedikit yang kosakata asingnya lebih luas cakupannya daripada kosakata Indonesia ragam tingginya, dan taraf pemahaman kaidah gramatikal bahasa asing lebih tinggi daripada taraf pemahamannya di bidang bahasa Indonesia. Pada proses pengalimatan buah pikirannya lalu mungkin terjadi interferensi pola struktur kalimat asing yang mendorongnya menciptakan serapan terjemah. Di dalam beberapa ragam, misalnya, dapat ditemukan unsur serapan dalam mana, atas mana, untuk mana, kepada siapa, dan dengan siapa sebagai konjungsi, yang masing-masing berpola padawaarin/in which, waarop/wherefore, waarvoor/wherefore dan aanwiel/to whom, dan met wie/with whom.


Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia modern
A
  • adi (ādi): utama, pertama
  • adicita (ādicitta)
  • adikara (adhikara)
  • adipati (ādipati): raja agung
  • adiraja (ādirāja): raja utama
  • Aditya (Āditya): (Dewa) Matahari
  • agama (āgama): din; tradisi suci
  • aji: mantra
  • aja: hanya
  • aksara (akṣara): huruf
  • aksi (akṣi): mata, sesuatu yang dilihat
  • alpa : teledor, kekurangan
  • amerta (amṛta): ambrosia, nektar, air kehidupan
  • ancala (acala): gunung
  • aneka : macam-macam
  • angka : bilangan
  • angkara : murka
  • angkasa (ākāśa): langit
  • angsa (haṃśa): sowang
  • angsoka (aśoka): sejenis pohon
  • aniaya (anyāya): siksa
  • anitya: ketidakkekalan
  • antara (antara): lain
  • antariksa (antarikṣa): luar angkasa
  • anugerah (anugraha): pemberian
  • arca (arcā): patung
  • ardi (ardi): gunung
  • Arya : bangsawan, orang India Utara
  • asa : jiwa (dalam frasa "putus asa")
  • asmara (smara): cinta
  • asrama (āśrama): tempat padepokan
  • asta (aṣṭa): delapan
  • astana (āsthāna): tempat pemakaman raja dan kerabatnya. Lihat pula istana.
  • Atharwaweda (atharvaveda): salah satu dari empat kitab Weda
  • atma (ātmā atau ātma): jiwa
  • atmaja (ātmaja atau ātmajā): anak
  • Awatara (avatāra): penjelmaan, penampakan Dewa di dunia.
B
  • baca (vaca): mengartikan tulisan
  • bada (vāda): bicara
  • bagai (bhāga): mirip
  • bagi (bhāgī):
    • bagian (bhāgya):
    • bahagian (bhāgya):
  • bahagia (bhāgya) : sukacita
  • bahasa (bhāṣa): logat
  • bahaya (bhaya): sesuatu yang mengancam
  • bahna (bhāna): karena
  • bahtera (vahitra): kapal
  • bahu (bāhu): lengan
  • bahureksa (bāhurakṣa): hiasan tangan
  • baiduri (vaidūrya): opal
  • bakti (bhakti): hormat, loyal
  • bala (bala): tentara
  • banaspati (vanaspati): pohon besar
  • bangsa (vaṃśa): rakyat
  • bangsawan
  • bangsi (vaṃśi): peluit
  • bareksa (vṛkṣa): pohon
  • basmi (dari frasa bhasmī bhūta): musnah
  • Batara (bhaṭāra): Dewa
  • Batari (bhaṭārī): Dewi
  • bausastra (bahuśāstra): kamus
  • baya (vayas): usia
  • bayangkara (bhayaṃkara): penjaga
  • bayu (vāyu): angin
  • bea (vyaya): ongkos
    • biaya (vyaya)
  • beda (bheda): diferensi
    • beza
  • bedama
  • begawan (bhagavān): orang suci
  • bejana (bhājana): tempat menampung
  • belantara (vanāntara): hutan
  • bencana (vāñcana): malapetaka
  • benda (bhāṇḍa): obyek
  • bendahara (bhāṇḍāgāra): penjaga uang
  • berhala (bhaṭāra): bentuk Tuhan
  • berhana
  • berita (vṛtta):
  • biara (vihāra): tempat kaum rohaniawan
    • biarawan
    • biarawati
  • bicara (vicāra): omong
  • bidadari (vidyādharī): makhluk sorgawi
  • biji (bijā): isi buah
  • biksu (bhikṣu): seorang rohaniawan Buddha
    • biksuni
  • binasa (vināśa): hancur
  • birahi (virahin): ingin bercinta
  • bisa (1) (viṣa): racun
  • bisa (2) (viṣa): boleh
  • brahma (brāhma)
  • brahmana
    • brahmani
  • brahmi
  • brata (brata): tapa
  • buana (bhuvana): dunia
  • budaya (buddhaya): berhubungan dengan akal, adab
  • Buddha (buddha): seseorang yang telah sadar
  • budi (buddhi): akal
  • bujangga (bhujaṅga): ilmuwan. Lihat pula pujangga
  • bukti (bhukti):
  • bulu roma
  • bumantara (byomāntara): langit
  • bumi (bhūmi): planet ketiga dalam tatasurya, tanah
  • bumiputera (bhūmiputra): pribumi
  • bupala (bhūpāla): raja
  • bupati (bhūpati): raja
  • busana (bhūṣaṇa): pakaian bagus
  • buta (bhūta): raksasa
  • butala (bhūtala): bumi
  • butayadnya (bhūtayajña): persembahan atau kurban kepada buta
C
  • cabai (cavi): lombok
  • cahaya (chāya): sinar
  • cakrabuana (cakrabhūvana):
  • cakra (cakra): roda
    • cakram (cakram): diskus
  • cakrawala (cakravāla): ufuk, horison
  • candala (caṇḍāla): orang buangan; dari kasta terendah; paria
    • cendala
  • candi (caṇḍi): gedung peninggalan Hindu-Buddha kuna
  • candra (candra): bulan (satelit bumi)
  • candramawa
  • candrasa
  • candrasengkala
  • cara (ācāra): kelakuan
  • caraka (caraka): duta
  • catur (1) : sebuah permainan papan
    • caturangga
    • syatranji
  • catur (2): empat
  • cedera (chidra): luka
  • cela (chala): cacat
  • celaka (chalaka): musibah
  • cempaka (campaka): nama sebuah bunga (Michelia Champaka)
  • cendana (candana): nama sebuah tumbuhan
  • cendekia
    • cendekiawan
  • cendera
  • cendrawasih (candra + vāsi): nama burung di Papua
  • cengkerama (caṅkrama): bersantai
  • cerita (carita): kisah
    • ceritera (caritra): kisah
  • cerna
  • cinta (cintā): kasih
  • cintamani
  • cita (citta): pikiran
    • cipta : inovasi
  • citra (citra): gambar
  • cuci (śuci): membersihkan
  • cuka (cukra): bahan pengasam
  • cula (cūlā atau cūḍā): tanduk
  • curiga (churikā): mendakwa
  • contdro (condro): bulan
D
  • dadih : air susu sapi, kerbau, dsb. yang pekat yang kental
  • dahaga : haus, perlawanan terhadap pemerintah
  • daksina : selatan
  • dana : uang
  • dasa (daśa): sepuluh
  • dasawarsa (daśawarṣa): dekade, sepuluh tahun
  • delima : tumbuhan Punica Granatum
  • denda (daṇḍa): hukuman
    • dendam (daṇḍa mungkin dari bahasa Tamil): rasa ingin membalas sesuatu yang dialami
  • derita (dhṛta): kesengsaraan
  • desa (deśa): daerah non-urban; daerah administratif terkecil
  • Dewa : Tuhan
    • Dewata : sifat kedewaan
    • Dewi : dewa perempuan
    • Dewayadnya (dewayajña): persembahan atau kurban kepada para Dewata dalam agama Hindu
  • dewadaru : kenikir
  • dewangga : kain yang bergambar indah
  • dewasa : akil balig
  • dharma (dharma): kewajiban dan sebagainya
    • darma : kewajiban
    • derma : sumbangan
  • dirgantara (digantara): langit
  • dirgahayu (dīrghāyuṣa): panjang umur
  • dosa (doṣa): kesalahan
  • duli : kehormatan terhadap raja
  • dupa : kemenyan yang apabila dibakar berbau harum
  • dusta : tidak benar
  • duta (dūta): wakil, caraka
  • dwi : dua
E
  • eka : satu
    • ekabahasa (eka + bhāṣā): monolingual
    • ekamatra
    • ekasila
  • embara (digambara): berkelana
  • erti (artha): arti, makna
G
  • gada
  • gaharu
  • gajah (gaja): suatu hewan besar
  • gala
  • galuh
  • ganda
    • gandapura
    • gandaria
    • gandarusa
    • gandasturi
    • gandasuli
  • gandarwa
  • gandewa (gaṇḍīva): busur, terutama busur sang Arjuna
  • gandola
  • gandi
  • Gangga (gaṅgā): sungai di India dan personifikasinya sebagai Dewi Gangga
  • gangsa
  • gapura
  • garba
  • Garuda (garuḍa): burung mitologis, wahana Dewa Wisnu
  • gatra baris
  • gaya
  • gembala
  • genta
  • gergaji
  • gergasi
  • gerhana
  • giri (giri): gunung
  • gita tembang
  • goni
  • graha (gṛha): rumah, gedung
  • grahita
  • gua
  • gula : pemanis
  • gulana (glāna): rasa gundah
  • gulma
  • guna (guṇa): manfaat
    • gunawan (guṇa + sufiks vant)
  • gurindam pantun yang terdiri dari dua baris,baris pertama sampiran dan baris kedua isi
  • guru (guru): pengajar
  • gustituhan
H
  • harsa (harṣa): sukacita
  • harta (artha): uang, kekayaan material
  • hasta : tangan
  • hatta (ātha): syahdan, maka (kata penghubung)
  • hima : kabut (harafiah salju)
  • Himalaya (himâlaya): nama pegunungan di India, secara harafiah artinya "tempat salju"
  • hina : rendah
I
  • idam
  • indera
    • indria
  • inggu
  • intisari
  • irama (virama): ritma
  • istana (āsthāna): tempat tinggal raja. Lihat astana
  • istimewa (āstām eva): khusus
  • istri (strī): mitra pernikahan wanita
J
  • jaga (jagarti tapi dalam bahasa Prakerta jaga): bangun
  • jagat (jagat): dunia
  • jagat raya (dari jagattraya: "tiga dunia"): alam semesta
  • jaksa (adhyakṣa): sang penuntut dalam mahkamah pengadilan
  • jala (jala): jaring untuk menangkap ikan
  • jambu (jambu): semacam pohon dan buahnya
  • japa (japa): mantra
    • jampi (japa)
  • jana: manusia
  • janda (raṇḍa): seorang wanita yang tidak memiliki suami
  • jantera (yantra): alat yang berputar, roda
  • jasa (yaśa): perbuatan terpuji
  • jati (jāti): sejenis pohon
  • jatmika (adhyātmika): hormat
  • jaya : menang
  • jebad
  • jeladri
  • jelata (janatā): rakyat
  • jelita (lalita): cantik
  • jelma (janma): orang
  • jempana (jampana): pelangkin
  • jenggala (jaṅgala): gurun
  • jenitri (gaṇitrikā): sejenis pohon dan buahnya (elaecorpus ganitrus)
  • jiwa (jīva): roh
  • juita (jīvita): manis
  • jumantara (vyomāntara): langit
  • juta (ayuta): 1.000.000
  • jutawan : sangat kaya
K
  • kabupaten (dari kata bhūpati): wilayah pemerintahan seorang bupati
  • kakawin (dari kata kāvya): sebuah sajak dalam metrum India
  • kala (kāla): waktu
  • kalpataru (kalpataru): pohon kehidupan, pohon kelimpahan
  • kama (kāma): cinta
  • Kamajaya (Kāmajaya): nama lain Dewa Smara atau Dewa Cinta
  • kanji
  • kapas (karpāsa): sejenis bahan
  • karena (kāraṇa): sebab
  • karma (karma): hasil
  • karna (karṇa): telinga
  • karunia (kāruṇya): anugerah
  • karya (karya): buatan
  • kata (katha): satuan kalimat
  • kawi (kāvya): penyair
  • kecapi (kacchapī): alat musik petik
  • keling (Kaliṅga): India bagian selatan
  • keluarga (kulavarga): famili
  • kemala
  • kendala
  • kendi (kuṇḍi atau kuṇḍikā): bejana air
  • kenya (kanyā): gadis
  • kepala (kapāla): bagian tubuh yang teratas
  • keranda
  • kerja (karya): sesuatu yang diperbuat
  • kesatria (kṣatriya): lihat ksatria
  • kesturi (kastūrikā): jebat, musang
  • kesumba
  • ketika
  • kirana (kiraṇa): sinar
  • kokila : sejenis burung
  • kota (kuṭa): benteng, wilayah urban
  • koti (koṭi): 100.000
  • krama : cara, aturan
  • kresnapaksa (kṛṣṇapakṣa): paruh gelap bulan
  • krida (krīḍā): tindakan terpuji
  • ksatria (kṣatriya): kasta kedua, bangsawan, seorang laskar
  • kuasa (dari kata waśa):
  • kulasentana (kulasantāna): suku
  • kulawangsa (kulavaṃśa): klan
  • kunarpa : mayat, bangkai
  • kunci (kuñcikā): menutup
  • kunta
  • kusa
  • kusta
  • kusuma (kuṣuma): bunga
L
  • laba (labha): untung
  • lagu (laghu): nyanyian
  • laksa (lakṣa): 10.000
  • laksana (lakṣaṇa)
  • lengkara
  • lingga (liŋga)
  • logam
  • loka
  • lokakarya
  • lokananta
  • lokapala
  • lintas
M
  • madia (madya): tengah
    • madya
  • madu (madhu): cairan manis produk lebah
    • madukara
  • maha (mahā): besar
  • Maharaja (mahārāja): Kaisar
  • mahkota
  • makara
  • mala
  • malapetaka
  • manah
  • mandala
  • mangsa
  • mangsi
  • manik
  • manikam
  • mantra
  • mantri
  • manusayadnya
  • manusia
  • mara
  • marabahaya
  • marga
  • margasatwa
  • masa
  • materai
  • matra
  • maya :Semu
  • mayapada :bumi
  • mega (megha): awan
  • melati
  • menteri
  • mercapada
  • merdeka :kebebasan
    • mahardika
  • merdu
  • merica
  • merpati
  • mesra
  • mesti
  • mestika
  • mina : ikan
  • mintuna
  • mitra :Teman,rekan
  • moksa (mokṣa): kelepasan dari sengsara
  • muda (mūḍha): tidak tua
  • muka
  • mula
  • mustika
  • mutiara
N
  • nada
  • naga
  • nama (nāma): sebutan atau panggilan
  • nara
  • narapati
  • narapidana
  • nata
  • nawa (sembilan)
  • negara
  • negeri
  • neraca
  • neraka (naraka):
  • netra (netra): mata
  • nila
  • nirmala
  • nirwana (nirvana): stadium kelepasan jiwa
  • niscaya
  • niskala
  • nista
O
  • ojah
P
  • pada
  • padma
    • padmi
    • padam
    • patma
    • fatma
  • pahala
  • paksa
  • paksi (pakṣi): burung
    • peksi
  • paksina
  • pala
  • panca (pañca): lima
  • pancaka
  • pancasila (1) (pañcaśīla): lima kaidah falsafah Buddhis
  • Pancasila (2) (pañcaśīla): ideologi negara Indonesia
  • Pancatantra (pañcatantra): sebuah karya sastra dari India Kuna
  • pandai
  • pandita
  • panitia
  • papa
  • para
  • parameswara
  • parameswari
  • parisada
  • parwa
  • pasca (paścat): setelah
  • pataka
  • patera
  • patih
  • pawaka: api
  • pawana
  • payudara (payodhara): buah dada wanita
  • pedanda
  • pedati
  • pekerti
  • pendapa
  • pendeta
  • penjara
  • perada
  • perbawa
  • percaya
  • perdana
  • peribahasa
  • peristiwa
  • perkara
  • permaisuri
  • permata
  • persada
  • pertama
  • pertiwi
  • perwara
  • petaka
  • pidana
  • pitayadnya
  • prabu
  • prahara
  • prakarsa
  • prakarya
  • prakata
  • prameswari
  • pramugara
  • pramugari
  • pramuria:wanita nakal
  • pramuwisata:pemandu wisata
  • pranala (praṇāla): pautan atau tautan di internet
  • pranata
  • prasangka
  • prasarana
  • prasasti
  • prasetya
  • prawacana
  • pria
  • pribumi:penduduk asli
  • puasa
  • puja
  • pujangga :penyair
  • puji
  • punggawaprajurit
  • pura
  • purba
    • purbakala
  • puri
  • purnama
  • purwa
  • pusaka
  • puspa
  • puspadanta
  • puspita
  • pustaka
  • putra
  • putri
R
  • raga
  • rahasia
  • raja
  • rajaberana
  • rajah
  • rajalela
  • rajawali
  • raksa
  • raksasa
  • raksasi
  • ramai
  • rasa
  • rasa
  • rasi
  • rata
  • ratna
  • reca
  • rela
  • remaja
  • rencana
  • renjana
  • resi
  • restu
  • Rgweda: kitab suci umat Hindu
  • rona
  • rupa
  • Rupiah (rūpya): mata uang Indonesia
S
  • sabda (sabda): kata, firman
  • sad (ṣaḍ): enam
  • sadaya
  • sahaja (sahaja): sederhana
  • sahaya (sahāya): hamba
  • saka
  • sakala
  • saksi (sakṣi)
  • sakti (śakti): kekuatan supranatural
  • sama
  • samapta
  • samsara (saṃsāra): lahir kembali di dunia, lihat pula sengsara
  • samudra (samudra): laut besar
  • sandi
  • sandiwara
  • sanggama (saṃgama): hubungan seksual
  • sanggamara
  • sangka
  • sangka
  • sangkala
  • sangsi
  • Sanskerta (saṃskṛta): bahasa yang sempurna
  • santri (śāstri): seorang pelajar agama Islam, biasa tinggal di sebuah asrama
    • pesantren
  • santi
  • santika
  • sapta (tujuh)
  • saptadarma
  • saptamarga
  • sarana
  • sari
  • sari
  • saripati
  • sarira
  • sarjana (sajjana): seorang akademikus
  • sasakala
  • sasian
  • sastra
  • satria
  • satru
  • satwa
  • satyalancana
  • satyawacana
  • saudara
  • sayembara (svayambara): kontes
  • seba
  • sederhana (sārdhāna): simpel
  • sedia
  • sediakala
  • sedianya
  • segala
  • segara
  • sejahtera
  • selesma
  • selira
  • seloka (śloka): larik puisi
  • semadi
  • semboyan
  • sementara
  • sempurna
  • semua
  • senantiasa
  • senapati
  • sendawa
  • sendi (sandhi): penghubung
  • sengketa
  • sengsara (saṃsāra): keadaan derita. Lihat pula samsara
  • senjata (sajjita): alat perang
  • sentosa
  • serati
  • seraya
  • serba
  • seribumi
  • serigala
  • sesira
  • setanggi
  • seteru (śatru): musuh
  • setia (satya): loyal
  • siksa
  • sila (śīla): asas
  • singa (siṃha): semacam kucing raksasa
  • singgasana (siṃhâsana): takhta
  • sisa
  • siswa (siṣya): murid
  • sorga (svarga)
  • sri
  • sridanta
  • srikaya
  • stupa
  • su- (su): baik
  • suami
  • suara (svara): bunyi
  • suasana
  • suci (śuci): keramat
  • sudah (suddha): telah
  • sudamala
  • sudara
  • sudi
  • sudra
  • suka
  • sukarela
  • suklapaksa
  • sukma
  • sula
  • sunyata
  • sunyi
  • suralaya
  • surya
  • suryakanta
  • susila
  • sutra
  • sutradara
  • swa-
    • swakarsa
    • swakarya
    • swapraja
    • swasembada
    • swatantra
  • swasta
T
U
  • udara (udara): zat di atmosfer bumi
  • umpama: lihat upama
  • unta (uṣṭra): sejenis hewan yang hidup di gurun pasir
  • upacara
  • upaduta
  • upah
  • upama: contoh
  • upaya (upāya): daya, siasat
  • upeti (utpatti): sesuatu yang harus diberikan kepada pembesar, semacam pajak
  • urna
  • usaha (utsaha)
  • usia (yuṣa): umur
  • utama (uttama): paling unggul
  • utara (uttara): mata angin yang arahnya sebelah kiri terbitnya matahari
V
  • vihara (vihāra): rumah ibadah kaum Buddhis
W
  • wacana (vacana)
  • wahana (vāhana): medium, kendaraan
  • waisak
  • waisya
  • walimana (vimāna): burung mitis
  • waluh
  • -wan (-vant): sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku pria
    • -wati (-vatī): sebuah imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku wanita
  • wana: hutan
  • wanara (vaṇara): kera
  • wangsa (vaṃśa): dinasti
  • wanita : perempuan (terhormat)
  • waranggana
  • warga : kaum
  • warna (varṇa): kelir
  • warsa (varṣa): tahun
  • warta (vṛtta): berita
    • warta berita
    • wartawan : jurnalis
  • waruna
  • waspada
  • wati
  • weda : kitab suci
  • wedana
  • werda
  • wesak
  • wibawa
  • wibawa
  • wicara
  • widara
  • widya : pengetahuan, ilmu atau pembelajaran
  • widyakarya
  • widyawisata
  • wihara
  • wijaya
  • wiku
  • wimana
  • windu
  • wira
  • wiracarita : epos
  • wirama
  • wiraswasta
  • wirawan
  • wisata
    • wisatawan
  • wisaya
  • wisma : rumah
  • wisuda
  • wiwaha (vivāha): pernikahan besar
  • wiyaga : burung
  • wiyatabhakti
  • wredatama
Y
  • Yajurweda (yajurveda): salah satu dari kitab Catur Weda
  • yantra (yantra): alat. Lihat pula jentera
  • yayasan (berdasarkan yaśa): lembaga. Lihat pula jasa.
  • yoga (yoga): bentuk tapa-samadi
  • yogi (yogin): seseorang yang beryoga
  • yoni (yoni): rahim, vagina, alas lingga
  • yogya (yogya): sesuai tatakrama
  • yojana (yojana): ukuran, jarak kurang lebih 15 kilometer
  • yuda (yuddha): perang
Angka
  1. eka
  2. dwi, dwaya
  3. tri, traya
  4. catur
  5. panca
  6. sad
  7. sapta
  8. ashta
  9. nawa
  10. dsa
  11. ekadasa
  12. dwadasa/dwidasa
  13. trayodasa
  14. caturdasa
  15. pancadasa
  16. sodasa
  17. saptadasa
  18. asthadasa (contoh: Astadasaparwa)
  19. nawadasa
  20. wingsati
  21. ekawingsati
  22. dwawingsati
  23. trayowingsati
  • 30. trinisat
  • 32. dwitrinisat
  • 33. tritrinisat
  • 34. cattrinisat
  • 40. catwaringsat
  • 50. pancasat
  • 60. sasti
  • 70. saptati
  • 80. asiti
  • 90. nawati
  • 100. sata
  • 102. dwisata
  • 200. dwisatani
  • 202. dwidwisatani
  • 913. trayodasa nawasatani
  • 1.000. sahasra, sasra, saharsa
  • 5.000. pancasahasrani
  • 7.423. trayowingsati catursatani saptasahasrani
  • 10.000. laksa
  • 100.000. kethi
  • 1.000.000. yuta
  • 100.000.000. arwuda
 Semoga Bermanfaat...

Entri Populer

Blog Lengkap

Pasang Iklan Gratis

Iklan 2