Kata Serapan/Unsur Serapan
Penyerapan
Di dalam sejarah perkembangan bahasa Melayu/Indonesia proses penyerapan ini
sudah lama berjalan. Tidaklah mengherankan jika bahasa serumpun, yang jumlah
penuturnya tergolong besar, merupakan sumber yang kaya. Karena di dalam
masyarakat multilingual kedwibahasawan bukan sesuatu yang langka, unsur serapan
itu dapat berasal dari penutur asli bahasa yang serumpun sehingga terjadi
penambahan yang spontan. Atau orang yang bukan penutur asli bahasa serumpun
yang terkemuka, seperti bahasa Jawa dan Sunda, menyerap juga dari bahasa yang
bersangkutan itu dengan pertimbangan bahwa unsur serapan itu akan segera
dipahami oleh kalangan masyarakat yang luas. Berikut ini sekadar beberapa
contoh:
tanpa(Jw),
godok (Jw, Sd),
karsa
(Jw),
gembleng (Jw),
sarjana (Jw),
wejangan
(Jw),
kolot (Sd),
nyeri (Sd).
Sikap penutur bahasa Indonesia terhadap bahasa asing sebagai sumber serapan
berbeda dengan sikapnya terhadap bahasa serumpun yang juga merupakan sumber
serapan. Unsur serapan yang berasal dari bahasa Jawa, misalnya, tidak
dimasukkan ke dalam kategori yang asing walaupun kedua bahasa itu dari jurusan
linguistik digolongkan jadi dua sistem yang otonom. Karena itu, penyerapan
unsur dari bahasa asing pun berbeda di dalam proses dan penempatannya di dalam
sistem bahasa Indonesia.
Ditinjau dari taraf penyerapannya ke dalam tubuh bahasa Indonesia, bentuk
serapan itu ada yang jadi unsur kosakata asing yang terdapat di dalam kosakata
umum, dan ada yang dimasukkan langsung sebagai unsur baru kosakata umum.
Golongan yang pertama meliputi bentuk yang melambangkan barang atau paham yang
sangat baru bagi masyarakat bahasa penyerap atau yang medan maknanya sangat
khusus di dalam bahasa sumber itu sendiri. Termasuk di dalam kategori itu,
misalnya
turn key project, bowling, esprit de corps, Erklarung,
Renaissance, Sturm und Drang, Atlantic Charter, l’art pour l’art,
dan
Svaraj.
Unsur serapan itu digunakan di dalam konteks kalimat Indonesia dalam
bentuknya yang asli, baik ejaannya maupun lafalnya. Agaknya sejumlah kata dan
ungkapan yang berasal dari bahasa dengan tujuan khusus, misalnya, bahasa Arab
dan Latin, yang bertalian dengan akidah atau ibadat keagamaan, harus dimasukkan
ke dalam bilangan kelompok itu. Penempatannya di dalam kosakata asing bahasa
Indonesia mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh perbedaan pendapat tentang
kedudukannya di dalam kosakata. Tidak perlu diperbalahkan apakah tut wuri
handayani dan salam alaikum masuk kosakata Indonesia atau tidak. Secara prinsip
dapat dikatakan bahwa setiap bahasa mengakui adanya kosakata asing di dalam
korpus kosakata umumnya. Leksikon bahasa Inggris, misalnya, mengandung sejumlah
unsur leksikal Prancis dan Latin yang digunakan secara umum, misalnya,
vis-a-vis,
in toto dan
curriculum vitae. Bertambahnya jumlah leksikal
di dalam kosakata asing suatu bahasa bertalian juga dengan pengembangan
berbagai laras bahasa (register). Kita dapat menemukan, misalnya, butir
apparatus
criticus di bidang filologi dan butir
juncto, bis, dan
ter
di bidang perundang-undangan Indonesia.
Golongan serapan berikut dapat diperinci menjadi tiga golongan:
1) Unsur serapan yang mengalami penyesuaian bentuk fonologi atau ejaannya;
2) Unsur serapan yang mengalami proses penghibridan;
3) Unsur serapan yang merupakan hasil penerjemahan.
Kelompok pertama terdiri atas subkelompok unsur yang termasuk kosakata umum
dan subkelompok unsur yang tergolong istilah teknis. Pada masa lampau bentuk
penyerapan disesuaikan berdasar pendengaran. Unsur serapan itu umumnya masuk ke
kosakata ragam bahasa yang rendah. Itulah sebabnya terhadap contoh yang
berikut
setir:stuur, dongkrak:dommekracht, bengkel:winkel, pol:vol,
mebel:meubel, boplo:bouwploeg, pluit:fluit, kopral:korporaal, macis:matches,
obeng:openg (Amoy) (lihat Jones, (ed) 2007). Yang menarik dewasa ini masih
ada orang yang lebih suka memakai bentuk katering (keterin) daripada jasaboga
yang diusulkan Pusat Bahasa.
Kelompok serapan hibrida meliputi bentuk yang sebagian terdiri atas unsur
yang asing dan sebagian lagi berupa unsur Indonesia, misalnya
swalayan
(self service), praanggapan (presupposition) dan
modulasi sudut
(angle modulation). Juga termasuk di dalamnya bentuk yang beralas morfem
Indonesia yang mendapat afiks asing; atau sebaliknya, bentuk yang beralas
morfem asing yang berafiks Indonesia, misalnya rimbawan, bapakisme,
menasionalkan, pendekretan, dan dirasionalisasi.
Kelompok serapan maknawi dapat dianggap hasil proses penyerapan semantik
dengan substitusi unsur bahasa penyerap, ialah unsur serapan yang lazim disebut
serapan terjemah. Sekadar beberapa contoh diberikan di bawah ini sebagai
gambaran. Unsur kedua di dalam tiap pasangan merujuk ke unsur asing yang
menjadi model bagi serapan Indonesianya:
mengambil alih/avernemen;
kerjasama/samenwerking; menggarisbawahi/onderstrepen; underscore;
balokkotak/boxgirde; suku cadang/spare part.
Aspek sosiolinguistik yang menarik di dalam proses penyerapan itu ialah
latar pertimbangan penutur bahasa untuk menyerap unsur bahasa lain.
Pertama-tama dapat dikemukakan bahwa pada hakikatnya masalah penyerapan
mula-mula terbatas pada dwibahasawan yang dapat memilih dari sumber di luar
bahasanya sendiri. Jika kemudian unsur serapan itu menjadi lazim, golongan
penutur yang lain memasukkannya ke dalam kosakatanya masing-masing sebagai
“barang jadi”. Di samping itu, dapat diajukan sekurang-kurangnya enam macam
faktor dan pertimbangan yang rupanya dapat merangsang tindakan penyerapan.
Faktor dan pertimbangan itu ialah (1) prinsip kehematan; (2) kejarangan
bentuk asli; (3) keperluan akan kata yang searti; (4) pembedaan arti di dalam
bahasa sendiri yang kurang cermat; (5) gengsi bahasa asing; dan (6) kemampuan
berbahasa penutur yang rendah.
Penyerapan kata dapat dianggap salah satu contoh usaha mencari cara yang
lebih hemat. Memilih kata yang sudah siap lebih ekonomis daripada memerikan
konsep dalam bahasa sendiri; apalagi jika di dalam pemerian itu diperlukan
bentuk frasa, misalnya politik, ekonomi, dan demokrasi. Unsur leksikal asli
yang jarang digunakan tidak termasuk kosakata produktif penutur bahasa jika ia
bukan ahli bahasa. Kata dursila, misalnya, berpadanan dengan
evil
atau
immoral. Namun, karena kata Melayu itu frekuensi
pemakaiannya sangat rendah, terciptalah bentuk asusila berdasarkan analogi yang
salah, yakni
moral:amoral = susila:asusila dengan menyamakan
arti
amoral dengan immoral. Pertimbangan kelanggaman (stilistik)
dapat mendorong penutur bahasa mencari sinonim demi variasi estetik di dalam
ujaran dan tulisannya. Pemahaman bahasa lain memberinya peluang menyerap unsur
kosakata bahasa itu, lepas dari masalah perlu tidaknya dilakukan penyerapan itu
jika di dalam bahasanya sendiri terhadap sinonim yang memadai, misalnya
asimilasi
dan pembauran, penyerapan; kontrol dan pengawasan, pengendalian, penilikan;
spesial dan khusus; fasilitas dan
kemudahan.
Kadang-kadang timbul perasaan pada penutur bahasa bahwa bahasanya tidak
memiliki peranti untuk membedakan dengan cermat berbagai konsep yang bertalian.
Benar tidaknya anggapannya itu tidak disadarinya. Karena itu, ia merasa perlu
menularkan perbedaan bentuk di dalam bahasa asing ke dalam bahasanya sendiri
dengan menyerap seperangkat kata yang termasuk dalam satu paradigma, misalnya
politik
dan
politis,
universitas dan
universiter,
norma
dan
normatif. Kefasihan berbahasa asing, khususnya bahasa yang
ditautkan dengan peradaban yang tinggi, kadang-kadang disangka penutur bahasa
akan meningkatkan kedudukan sosialnya di mata orang. Karena itu,
diseraplah
evaluasi, bilateral, multiplikasi,dan
kalibrasi
walaupun ada bentuk penilaian,
dwipihak, pelipatan dan
kelipatan,
serta
peneraan.
Penutur bahasa di antara kalangan elite sosial tidak sedikit yang kosakata
asingnya lebih luas cakupannya daripada kosakata Indonesia ragam tingginya, dan
taraf pemahaman kaidah gramatikal bahasa asing lebih tinggi daripada taraf
pemahamannya di bidang bahasa Indonesia. Pada proses pengalimatan buah
pikirannya lalu mungkin terjadi interferensi pola struktur kalimat asing yang
mendorongnya menciptakan serapan terjemah. Di dalam beberapa ragam, misalnya,
dapat ditemukan unsur serapan dalam mana, atas mana, untuk mana, kepada siapa,
dan dengan siapa sebagai konjungsi, yang masing-masing berpola pada
waarin/in
which, waarop/wherefore, waarvoor/wherefore dan aanwiel/to whom, dan
met
wie/with whom.
Daftar kata serapan dari bahasa Sanskerta dalam bahasa Melayu dan bahasa
Indonesia modern
A
- adi (ādi): utama, pertama
- adicita (ādicitta)
- adikara (adhikara)
- adipati (ādipati): raja agung
- adiraja (ādirāja): raja utama
- Aditya (Āditya): (Dewa) Matahari
- agama (āgama): din; tradisi suci
- aji: mantra
- aja: hanya
- aksara (akṣara): huruf
- aksi (akṣi): mata, sesuatu yang dilihat
- alpa : teledor, kekurangan
- amerta (amṛta): ambrosia,
nektar, air kehidupan
- ancala (acala): gunung
- aneka : macam-macam
- angka : bilangan
- angkara : murka
- angkasa (ākāśa): langit
- angsa (haṃśa): sowang
- angsoka (aśoka): sejenis pohon
- aniaya (anyāya): siksa
- anitya: ketidakkekalan
- antara (antara): lain
- antariksa (antarikṣa): luar
angkasa
- anugerah (anugraha): pemberian
- arca (arcā): patung
- ardi (ardi): gunung
- Arya : bangsawan, orang India
Utara
- asa : jiwa (dalam frasa "putus asa")
- asmara (smara): cinta
- asrama (āśrama): tempat padepokan
- asta (aṣṭa): delapan
- astana (āsthāna): tempat pemakaman raja dan
kerabatnya. Lihat pula istana.
- Atharwaweda (atharvaveda): salah
satu dari empat kitab Weda
- atma (ātmā atau ātma): jiwa
- atmaja (ātmaja atau ātmajā): anak
- Awatara (avatāra): penjelmaan,
penampakan Dewa di dunia.
B
- baca (vaca): mengartikan tulisan
- bada (vāda): bicara
- bagai (bhāga): mirip
- bagi (bhāgī):
- bagian (bhāgya):
- bahagian (bhāgya):
- bahagia (bhāgya) : sukacita
- bahasa (bhāṣa): logat
- bahaya (bhaya): sesuatu yang mengancam
- bahna (bhāna): karena
- bahtera (vahitra): kapal
- bahu (bāhu): lengan
- bahureksa (bāhurakṣa): hiasan tangan
- baiduri (vaidūrya): opal
- bakti (bhakti): hormat, loyal
- bala (bala): tentara
- banaspati (vanaspati): pohon besar
- bangsa (vaṃśa): rakyat
- bangsawan
- bangsi (vaṃśi): peluit
- bareksa (vṛkṣa): pohon
- basmi (dari frasa bhasmī bhūta): musnah
- Batara (bhaṭāra): Dewa
- Batari (bhaṭārī): Dewi
- bausastra (bahuśāstra): kamus
- baya (vayas): usia
- bayangkara (bhayaṃkara): penjaga
- bayu (vāyu): angin
- bea (vyaya): ongkos
- beda (bheda): diferensi
- bedama
- begawan (bhagavān): orang suci
- bejana (bhājana): tempat menampung
- belantara (vanāntara): hutan
- bencana (vāñcana): malapetaka
- benda (bhāṇḍa): obyek
- bendahara (bhāṇḍāgāra): penjaga uang
- berhala (bhaṭāra): bentuk Tuhan
- berhana
- berita (vṛtta):
- biara (vihāra): tempat kaum rohaniawan
- bicara (vicāra): omong
- bidadari (vidyādharī): makhluk sorgawi
- biji (bijā): isi buah
- biksu (bhikṣu): seorang rohaniawan Buddha
- binasa (vināśa): hancur
- birahi (virahin): ingin bercinta
- bisa (1) (viṣa): racun
- bisa (2) (viṣa): boleh
- brahma (brāhma)
- brahmana
- brahmi
- brata (brata): tapa
- buana (bhuvana): dunia
- budaya (buddhaya): berhubungan
dengan akal, adab
- Buddha (buddha): seseorang yang telah sadar
- budi (buddhi): akal
- bujangga (bhujaṅga): ilmuwan. Lihat pula pujangga
- bukti (bhukti):
- bulu roma
- bumantara (byomāntara): langit
- bumi (bhūmi): planet ketiga dalam tatasurya,
tanah
- bumiputera (bhūmiputra): pribumi
- bupala (bhūpāla): raja
- bupati (bhūpati): raja
- busana (bhūṣaṇa): pakaian bagus
- buta (bhūta): raksasa
- butala (bhūtala): bumi
- butayadnya (bhūtayajña): persembahan atau kurban
kepada buta
C
- cabai (cavi): lombok
- cahaya (chāya): sinar
- cakrabuana (cakrabhūvana):
- cakra (cakra): roda
- cakrawala (cakravāla): ufuk,
horison
- candala (caṇḍāla): orang buangan; dari kasta
terendah; paria
- candi (caṇḍi): gedung
peninggalan Hindu-Buddha kuna
- candra (candra): bulan (satelit bumi)
- candramawa
- candrasa
- candrasengkala
- cara (ācāra): kelakuan
- caraka (caraka): duta
- catur (1) : sebuah permainan
papan
- catur (2): empat
- cedera (chidra): luka
- cela (chala): cacat
- celaka (chalaka): musibah
- cempaka (campaka): nama sebuah
bunga (Michelia Champaka)
- cendana (candana): nama sebuah
tumbuhan
- cendekia
- cendera
- cendrawasih (candra + vāsi):
nama burung di Papua
- cengkerama (caṅkrama): bersantai
- cerita (carita): kisah
- ceritera (caritra): kisah
- cerna
- cinta (cintā): kasih
- cintamani
- cita (citta): pikiran
- citra (citra): gambar
- cuci (śuci): membersihkan
- cuka (cukra): bahan pengasam
- cula (cūlā atau cūḍā): tanduk
- curiga (churikā): mendakwa
- contdro (condro): bulan
D
- dadih : air susu sapi, kerbau, dsb. yang pekat
yang kental
- dahaga : haus, perlawanan terhadap pemerintah
- daksina : selatan
- dana : uang
- dasa (daśa): sepuluh
- dasawarsa (daśawarṣa): dekade, sepuluh tahun
- delima : tumbuhan Punica Granatum
- denda (daṇḍa): hukuman
- dendam (daṇḍa mungkin dari bahasa Tamil): rasa ingin membalas sesuatu
yang dialami
- derita (dhṛta): kesengsaraan
- desa (deśa): daerah
non-urban; daerah administratif terkecil
- Dewa : Tuhan
- Dewata : sifat kedewaan
- Dewi : dewa perempuan
- Dewayadnya (dewayajña):
persembahan atau kurban kepada para Dewata dalam agama Hindu
- dewadaru : kenikir
- dewangga : kain yang bergambar indah
- dewasa : akil balig
- dharma (dharma): kewajiban dan
sebagainya
- darma : kewajiban
- derma : sumbangan
- dirgantara (digantara): langit
- dirgahayu (dīrghāyuṣa): panjang umur
- dosa (doṣa): kesalahan
- duli : kehormatan terhadap raja
- dupa : kemenyan yang apabila dibakar berbau
harum
- dusta : tidak benar
- duta (dūta): wakil, caraka
- dwi : dua
E
- eka : satu
- ekabahasa (eka + bhāṣā):
monolingual
- ekamatra
- ekasila
- embara (digambara): berkelana
- erti (artha): arti, makna
G
- gada
- gaharu
- gajah (gaja): suatu hewan
besar
- gala
- galuh
- ganda
- gandapura
- gandaria
- gandarusa
- gandasturi
- gandasuli
- gandarwa
- gandewa (gaṇḍīva): busur, terutama busur sang Arjuna
- gandola
- gandi
- Gangga (gaṅgā): sungai di
India dan personifikasinya sebagai Dewi Gangga
- gangsa
- gapura
- garba
- Garuda (garuḍa): burung
mitologis, wahana Dewa Wisnu
- gatra baris
- gaya
- gembala
- genta
- gergaji
- gergasi
- gerhana
- giri (giri): gunung
- gita tembang
- goni
- graha (gṛha): rumah, gedung
- grahita
- gua
- gula : pemanis
- gulana (glāna): rasa gundah
- gulma
- guna (guṇa): manfaat
- gunawan (guṇa + sufiks vant)
- gurindam pantun yang terdiri dari dua baris,baris pertama
sampiran dan baris kedua isi
- guru (guru): pengajar
- gustituhan
H
- harsa (harṣa): sukacita
- harta (artha): uang, kekayaan material
- hasta : tangan
- hatta (ātha): syahdan, maka (kata penghubung)
- hima : kabut (harafiah salju)
- Himalaya (himâlaya): nama
pegunungan di India, secara harafiah artinya "tempat salju"
- hina : rendah
I
- idam
- indera
- inggu
- intisari
- irama (virama): ritma
- istana (āsthāna): tempat tinggal raja. Lihat astana
- istimewa (āstām eva): khusus
- istri (strī): mitra pernikahan wanita
J
- jaga (jagarti tapi dalam bahasa Prakerta
jaga): bangun
- jagat (jagat): dunia
- jagat raya (dari jagattraya: "tiga
dunia"): alam semesta
- jaksa (adhyakṣa): sang penuntut dalam mahkamah
pengadilan
- jala (jala): jaring untuk menangkap ikan
- jambu (jambu): semacam pohon dan buahnya
- japa (japa): mantra
- jana: manusia
- janda (raṇḍa): seorang wanita yang tidak
memiliki suami
- jantera (yantra): alat yang berputar, roda
- jasa (yaśa): perbuatan terpuji
- jati (jāti): sejenis pohon
- jatmika (adhyātmika): hormat
- jaya : menang
- jebad
- jeladri
- jelata (janatā): rakyat
- jelita (lalita): cantik
- jelma (janma): orang
- jempana (jampana): pelangkin
- jenggala (jaṅgala): gurun
- jenitri (gaṇitrikā): sejenis pohon dan
buahnya (elaecorpus ganitrus)
- jiwa (jīva): roh
- juita (jīvita): manis
- jumantara (vyomāntara): langit
- juta (ayuta): 1.000.000
- jutawan : sangat kaya
K
- kabupaten (dari kata bhūpati):
wilayah pemerintahan seorang bupati
- kakawin (dari kata kāvya):
sebuah sajak dalam metrum India
- kala (kāla): waktu
- kalpataru (kalpataru): pohon
kehidupan, pohon kelimpahan
- kama (kāma): cinta
- Kamajaya (Kāmajaya): nama lain
Dewa Smara atau Dewa Cinta
- kanji
- kapas (karpāsa): sejenis
bahan
- karena (kāraṇa): sebab
- karma (karma): hasil
- karna (karṇa): telinga
- karunia (kāruṇya): anugerah
- karya (karya): buatan
- kata (katha): satuan kalimat
- kawi (kāvya): penyair
- kecapi (kacchapī): alat musik
petik
- keling (Kaliṅga): India bagian
selatan
- keluarga (kulavarga): famili
- kemala
- kendala
- kendi (kuṇḍi atau kuṇḍikā):
bejana air
- kenya (kanyā): gadis
- kepala (kapāla): bagian tubuh
yang teratas
- keranda
- kerja (karya): sesuatu yang
diperbuat
- kesatria (kṣatriya): lihat ksatria
- kesturi (kastūrikā): jebat,
musang
- kesumba
- ketika
- kirana (kiraṇa): sinar
- kokila : sejenis burung
- kota (kuṭa): benteng,
wilayah urban
- koti (koṭi): 100.000
- krama : cara, aturan
- kresnapaksa (kṛṣṇapakṣa): paruh
gelap bulan
- krida (krīḍā): tindakan
terpuji
- ksatria (kṣatriya): kasta
kedua, bangsawan, seorang laskar
- kuasa (dari kata waśa):
- kulasentana (kulasantāna): suku
- kulawangsa (kulavaṃśa): klan
- kunarpa : mayat, bangkai
- kunci (kuñcikā): menutup
- kunta
- kusa
- kusta
- kusuma (kuṣuma): bunga
L
- laba (labha): untung
- lagu (laghu): nyanyian
- laksa (lakṣa): 10.000
- laksana (lakṣaṇa)
- lengkara
- lingga (liŋga)
- logam
- loka
- lokakarya
- lokananta
- lokapala
- lintas
M
- madia (madya): tengah
- madu (madhu): cairan manis
produk lebah
- maha (mahā): besar
- Maharaja (mahārāja): Kaisar
- mahkota
- makara
- mala
- malapetaka
- manah
- mandala
- mangsa
- mangsi
- manik
- manikam
- mantra
- mantri
- manusayadnya
- manusia
- mara
- marabahaya
- marga
- margasatwa
- masa
- materai
- matra
- maya :Semu
- mayapada :bumi
- mega (megha): awan
- melati
- menteri
- mercapada
- merdeka :kebebasan
- merdu
- merica
- merpati
- mesra
- mesti
- mestika
- mina : ikan
- mintuna
- mitra :Teman,rekan
- moksa (mokṣa): kelepasan dari
sengsara
- muda (mūḍha): tidak tua
- muka
- mula
- mustika
- mutiara
N
- nada
- naga
- nama (nāma): sebutan atau panggilan
- nara
- narapati
- narapidana
- nata
- nawa (sembilan)
- negara
- negeri
- neraca
- neraka (naraka):
- netra (netra): mata
- nila
- nirmala
- nirwana (nirvana): stadium
kelepasan jiwa
- niscaya
- niskala
- nista
O
P
- pada
- padma
- pahala
- paksa
- paksi (pakṣi): burung
- paksina
- pala
- panca (pañca): lima
- pancaka
- pancasila (1) (pañcaśīla): lima kaidah
falsafah Buddhis
- Pancasila (2) (pañcaśīla):
ideologi negara Indonesia
- Pancatantra (pañcatantra): sebuah
karya sastra dari India Kuna
- pandai
- pandita
- panitia
- papa
- para
- parameswara
- parameswari
- parisada
- parwa
- pasca (paścat): setelah
- pataka
- patera
- patih
- pawaka: api
- pawana
- payudara (payodhara): buah dada
wanita
- pedanda
- pedati
- pekerti
- pendapa
- pendeta
- penjara
- perada
- perbawa
- percaya
- perdana
- peribahasa
- peristiwa
- perkara
- permaisuri
- permata
- persada
- pertama
- pertiwi
- perwara
- petaka
- pidana
- pitayadnya
- prabu
- prahara
- prakarsa
- prakarya
- prakata
- prameswari
- pramugara
- pramugari
- pramuria:wanita nakal
- pramuwisata:pemandu wisata
- pranala (praṇāla): pautan atau
tautan di internet
- pranata
- prasangka
- prasarana
- prasasti
- prasetya
- prawacana
- pria
- pribumi:penduduk asli
- puasa
- puja
- pujangga :penyair
- puji
- punggawaprajurit
- pura
- purba
- puri
- purnama
- purwa
- pusaka
- puspa
- puspadanta
- puspita
- pustaka
- putra
- putri
R
- raga
- rahasia
- raja
- rajaberana
- rajah
- rajalela
- rajawali
- raksa
- raksasa
- raksasi
- ramai
- rasa
- rasa
- rasi
- rata
- ratna
- reca
- rela
- remaja
- rencana
- renjana
- resi
- restu
- Rgweda: kitab suci umat Hindu
- rona
- rupa
- Rupiah (rūpya): mata uang
Indonesia
S
- sabda (sabda): kata, firman
- sad (ṣaḍ): enam
- sadaya
- sahaja (sahaja): sederhana
- sahaya (sahāya): hamba
- saka
- sakala
- saksi (sakṣi)
- sakti (śakti): kekuatan supranatural
- sama
- samapta
- samsara (saṃsāra): lahir
kembali di dunia, lihat pula sengsara
- samudra (samudra): laut besar
- sandi
- sandiwara
- sanggama (saṃgama): hubungan
seksual
- sanggamara
- sangka
- sangka
- sangkala
- sangsi
- Sanskerta (saṃskṛta): bahasa yang sempurna
- santri (śāstri): seorang pelajar agama Islam,
biasa tinggal di sebuah asrama
- santi
- santika
- sapta (tujuh)
- saptadarma
- saptamarga
- sarana
- sari
- sari
- saripati
- sarira
- sarjana (sajjana): seorang akademikus
- sasakala
- sasian
- sastra
- satria
- satru
- satwa
- satyalancana
- satyawacana
- saudara
- sayembara (svayambara): kontes
- seba
- sederhana (sārdhāna): simpel
- sedia
- sediakala
- sedianya
- segala
- segara
- sejahtera
- selesma
- selira
- seloka (śloka): larik puisi
- semadi
- semboyan
- sementara
- sempurna
- semua
- senantiasa
- senapati
- sendawa
- sendi (sandhi): penghubung
- sengketa
- sengsara (saṃsāra): keadaan derita. Lihat pula samsara
- senjata (sajjita): alat perang
- sentosa
- serati
- seraya
- serba
- seribumi
- serigala
- sesira
- setanggi
- seteru (śatru): musuh
- setia (satya): loyal
- siksa
- sila (śīla): asas
- singa (siṃha): semacam kucing
raksasa
- singgasana (siṃhâsana): takhta
- sisa
- siswa (siṣya): murid
- sorga (svarga)
- sri
- sridanta
- srikaya
- stupa
- su- (su): baik
- suami
- suara (svara): bunyi
- suasana
- suci (śuci): keramat
- sudah (suddha): telah
- sudamala
- sudara
- sudi
- sudra
- suka
- sukarela
- suklapaksa
- sukma
- sula
- sunyata
- sunyi
- suralaya
- surya
- suryakanta
- susila
- sutra
- sutradara
- swa-
- swakarsa
- swakarya
- swapraja
- swasembada
- swatantra
- swasta
T
- tabik
- tabil
- tala
- tani
- tantra
- taru
- taruna
- tata
- tata acara
- tata surya
- tata bahasa
- tata busana
- tata cara
- tata guna
- tata krama
- tata laksana
- tata nama
- tata negara
- tega (tyaga): tidak perduli
- teja
- telaga
- tembaga
- tentara
- tepaslira
- terka
- tetapi
- tirta (tirta): air
- tri (tri): tiga
- trimatra
- trimurti
- trisna
- trisula (trisula): Tiga ujung. Senjata (semacam
tombak) dengan tiga mata yang tajam.
- triwikrama
- tuna : Kehilangan (tadinya memiliki menjadi
tidak) / tidak memiliki.
U
- udara (udara): zat di
atmosfer bumi
- umpama: lihat upama
- unta (uṣṭra): sejenis hewan
yang hidup di gurun pasir
- upacara
- upaduta
- upah
- upama: contoh
- upaya (upāya): daya, siasat
- upeti (utpatti): sesuatu yang
harus diberikan kepada pembesar, semacam pajak
- urna
- usaha (utsaha)
- usia (yuṣa): umur
- utama (uttama): paling unggul
- utara (uttara): mata angin
yang arahnya sebelah kiri terbitnya matahari
V
- vihara (vihāra): rumah ibadah
kaum Buddhis
W
- wacana (vacana)
- wahana (vāhana): medium,
kendaraan
- waisak
- waisya
- walimana (vimāna): burung mitis
- waluh
- -wan (-vant): sebuah imbuhan
sufiks yang menyatakan pelaku pria
- -wati (-vatī): sebuah
imbuhan sufiks yang menyatakan pelaku wanita
- wana: hutan
- wanara (vaṇara): kera
- wangsa (vaṃśa): dinasti
- wanita : perempuan (terhormat)
- waranggana
- warga : kaum
- warna (varṇa): kelir
- warsa (varṣa): tahun
- warta (vṛtta): berita
- warta berita
- wartawan : jurnalis
- waruna
- waspada
- wati
- weda : kitab suci
- wedana
- werda
- wesak
- wibawa
- wibawa
- wicara
- widara
- widya : pengetahuan, ilmu atau pembelajaran
- widyakarya
- widyawisata
- wihara
- wijaya
- wiku
- wimana
- windu
- wira
- wiracarita : epos
- wirama
- wiraswasta
- wirawan
- wisata
- wisaya
- wisma : rumah
- wisuda
- wiwaha (vivāha): pernikahan
besar
- wiyaga : burung
- wiyatabhakti
- wredatama
Y
- Yajurweda (yajurveda): salah satu
dari kitab Catur Weda
- yantra (yantra): alat. Lihat
pula jentera
- yayasan (berdasarkan yaśa):
lembaga. Lihat pula jasa.
- yoga (yoga): bentuk
tapa-samadi
- yogi (yogin): seseorang yang
beryoga
- yoni (yoni): rahim, vagina, alas lingga
- yogya (yogya): sesuai tatakrama
- yojana (yojana): ukuran, jarak
kurang lebih 15 kilometer
- yuda (yuddha): perang
Angka
- eka
- dwi, dwaya
- tri, traya
- catur
- panca
- sad
- sapta
- ashta
- nawa
- dsa
- ekadasa
- dwadasa/dwidasa
- trayodasa
- caturdasa
- pancadasa
- sodasa
- saptadasa
- asthadasa (contoh: Astadasaparwa)
- nawadasa
- wingsati
- ekawingsati
- dwawingsati
- trayowingsati
- 30. trinisat
- 32. dwitrinisat
- 33. tritrinisat
- 34. cattrinisat
- 40. catwaringsat
- 50. pancasat
- 60. sasti
- 70. saptati
- 80. asiti
- 90. nawati
- 100. sata
- 102. dwisata
- 200. dwisatani
- 202. dwidwisatani
- 913. trayodasa nawasatani
- 1.000. sahasra, sasra, saharsa
- 5.000. pancasahasrani
- 7.423. trayowingsati catursatani saptasahasrani
- 10.000. laksa
- 100.000. kethi
- 1.000.000. yuta
- 100.000.000. arwuda
Semoga Bermanfaat...